Wednesday, December 16, 2009

Switching Power Supply


Konversi tegangan pada power supply konvensional yang telah kita ketahui adalah dengan menggunakan trafo daya inti besi berlaminasi. Trafo ini selain berfungsi sebagai penurun tegangan juga sebagai isolasi antara hot (tegangan jala-jala) dengan cold (perangkat yang memungkinkan untuk kita sentuh). Kelemahan dari trafo inti besi adalah efisiensi yang rendah. Ini akibat dari sifat besi yang masih menyimpan magnet ketika tegangan AC berbalik polaritas. Efek ini disebut hysterisis trafo yang menimbulkan panas pada trafo, penyebab rugi daya terbesar pada trafo.

Metode konversi tegangan lain yang lebih efisien adalah switching. Switching power supply juga menggunakan trafo. Tetapi karena frekuensi kerja trafo tinggi (>1KHz), maka digunakan trafo inti ferit. Penggunaan trafo inti ferit menguntungkan karena tidak menimbulkan hysterisis sehingga efisiensi yang dihasilkan lebih tinggi. Fungsi sebagai isolasi juga tetap didapatkan dari trafo jenis ini. Trafo dengan arus besar juga lebih mudah dibuat dengan ukuran kecil.

Kemudian bagaimana cara meregulasi tegangan? Energi yang ditransfer dapat diatur dengan metode PWM. Output dari switching power supply dikembalikan (feedback) ke rangkaian PWM untuk mengatur duty cycle PWM. Tentunya feedback dilewatkan optocoupler untuk menjaga
agar bagian cold tetap terisolasi. Metode regulasi tegangan seperti ini jauh lebih efisien daripada linear regulator.

Agar lebih jelas, mari kita perhatikan contoh rangkaian di bawah ini.

No comments:

Post a Comment