Contact

Welcome.
Are you interested with my posts?
Why not leaving a message and have a good discussion. Please use the following form and we'll be in touch soon.

Name :

email :

Subject :

Message :




About Me

Saya mulai tertarik dengan elektronika sejak listrik mulai masuk ke desa, pada sekitar tahun 1992. Ketertarikan saya semakin bertambah ketika melihat saudara dekat yang sekolah di STM jurusan elektronika menyambung mobil tank mainan ke adaptor rakitan sehingga tidak perlu menggunakan baterai. Sayalah yang dulu menyambung soket baterai radio National MW/SW milik almarhum Bapak ke lubang 220V dengan hasil meteran rumah njeglek dan almarhum kakak saya harus pergi ke tukang servis dengan membawa radio rusak. Saya juga yang tanpa sepengetahuan membuka casing TV berwarna Digitec Sumo dengan penasaran karena tidak bisa menerima siaran ANTV. Sayalah yang pernah berpikir menerangi kamar dengan cahaya dari lampu tespen tapi malah kesetrum  cukup lama.

Seperti yang lainnya saya mendapatkan banyak hadiah dan uang saku ketika disunat pada Jum'at, di minggu dilaksanakannya Ebtanas SD 1997. Uang itu akhirnya saya belikan sebuah AVO meter kecil, karena solder listrik sudah saya miliki. Saya sudah mulai menyolder sejak SD dan menggunakan solder listrik sebelum kelas 6. Sudah sangat biasa kakak menjanjikan kabel atau semeter timah, jika membujuk saya untuk melakukan atau melarang sesuatu.

Pada saat SMP (SLTP), saya telah merakit bebagai rangkaian elektronika mulai adaptor, lampu flip-flop, audio amplifier, hingga pemancar FM. Saya paling senang dengan sound sytem rakitan yang bersuara jleng, bukan jedug. Buku favorit yang saya baca adalah Ketrampilan Elektronika karangan Sarwo Edy Supriyo dan Pintar Elektronika Jilid 2 karangan Agus Irawan Hsr, dkk.

Pada saat SMP juga saya gemar membuat petasan. Petasan terakhir yang saya buat tidak menggunakan sumbu, tetapi diganti dengan resistor 10 ohm/0.5 watt yang disolder dengan kabel panjang untuk disambungkan ke adaptor 3A. Resistor terbakar karena melebihi rating daya itulah pemicu reaksi berantai bubuk petasan di dalam gulungan padat kertas koran dan akhirnya menghasilkan ledakan. Saya sudah tidak pernah meneruskan hobi membuat petasan, karena lebih tertarik dengan rangkaian pemancar FM. Melalui ngebrik, saya kenal dengan orang-orang sehobi dari beberapa desa tetangga.

Kegemaran elektonika masih berlanjut hingga SMA (SMU) bersama kegemaran lainnya yaitu bermain gitar. Saya tidak berbakat musik, namun saya cukup memiliki semangat tinggi hingga sempat ikut les di Rully Music Studio. Bersama teman ngeband, saya sering latihan di studio rental sekedar untuk bersenang-senang sendiri. Merakit rangkaian efek dan amplifier gitar listrik merupakan pertemuan antara hobi elektronika saya dengan musik.


Saya kuliah S1 di jurusan Teknik Elektro ITS, dimana saya mulai belajar teori elektronika. Di sini saya mulai paham dengan berbagai teori dan prinsip kerja rangkaian yang sebelumnya pernah saya buat. Salah satu rangkaian yang tidak berhasil saya rakit pada saat SMP adalah sirine 4 suara (PCB Saturn SA-004). Namun dengan berbekal pengetahuan tentang datasheet transistor dan teori rangkaian oscillator, saya berhasil membuatnya bekerja setelah sekian lama. Namun demikian, toh masih saja ada beberapa rangkaian yang belum pernah berhasil saya rakit hingga hari ini, seperi rangkaian pemancar 80m dan beberapa rangkaian lainnya di buku elektronika itu. Barangkali setelah lulus PhD nanti, baru saya akan berhasil mewujudkan rangkaian elektronika yang telah menjadi misteri dalam kehidupan saya sejak puluhan tahun yang lalu.

Saya merakit komputer sendiri sekitar tahun 2005, pada saat mulai masuk lab. Elka. Di sana saya belajar mikrokontroler Atmel 89S51 dengan bahasa assembly dan mulai berkenalan dengan mikrokontroler AVR ATMEGA32. Saya sangat tertarik dengan pemrograman Programmable Array Logic (PAL) dan Field-Programmable Gate Array (FPGA) di mata kuliah Rancangan Komponen Terprogram (RKT) dan praktikum Elektronika Digital (ElDig). Sebuah proyek realisasi sistem bantu navigasi penerbangan Sequence Flashing Light (SQFL) untuk bandara Syamsudin Noor Banjarmasin sempat saya kerjakan di tahun 2007. 

Saat bekerja di sebuah start-up selepas S1, saya berkesempatan untuk lebih memperdalam pengetahuan desain digital FPGA dan teori telekomunikasi wireless. Saat melanjutkan S2, saya menulis ulang Gnome, sebuah mikroprosesor 4 bit dari Xilink ke dalam Very High Speed Integrated Circuit Hardware Description Language (VHDL) dan membuat program kalkulator sederhana dalam instruksi bahasa mesin. Untuk pertama kalinya rahasia dari cara kerja compiler terbuka bagi saya dan pertama kali pula saya paham bahwa ternyata sebuah prosesor tidak selalu berbentuk IC yang memiliki banyak kaki, namun dapat berupa source code HDL (soft microprocessor) yang disintesis untuk FPGA ataupun Application-Specific Integrated Circuit (ASIC).

Bagi saya, yang sangat menarik dari embedded system adalah kita dapat menggunakan komputer untuk merancang komputer yang lebih canggih. DAari prosesor dan memori, kita bisa merakit sebuah komputer, yang di dalamnya dapat kita install sebuah Operating System (OS) dan di atasnya kita instal software, yang digunakan untuk mendesain sebuah sistem mikroprosesor, yang kita sintesis untuk target FPGA, yang di dalam sistem mikroprosesor itu bisa kita install embedded OS, yang dengannya kita mengatur task dari sebuah program embedded untuk aplikasi spesifik. Sesuatu yang kita kenal dengan System on Chip (SoC) pada awalnya sangat abstrak namun menantang sekaligus menarik dan akhirnya mengantarkan saya untuk mengerjakan tesis di Diehl Aerospace Jerman.

Setelah lulus S2, saya bekerja sebagai programmer senior di Jakarta, dimana saya coding program aplikasi untuk server telekomunikasi di platform Linux dan memperdalam pengetahuan socket programming. Saat ini saya mengajar di Departemen Teknik Biomedik, ITS dan tengah menempuh S3 di Tohoku University di bidang Biomedical Ultrasound Imaging sejak 2018. Saya sangat menggemari kopi, namun tidak sampai kecanduan.

--------------------

No comments:

Post a Comment