Wednesday, March 14, 2018

Realita Pernikahan

Pernikahan itu bukanlah perkara yang ringan, sungguh, sama sekali bukan perkara yang ringan. Jika banyak orang bersemangat dan memberi semangat untuk segera menikah, mungkin saya termasuk yang sebaliknya menyarankan untuk berpikir ulang berkali-kali sampai anda betul-betul yakin dan siap. Bagi saya, tidak ada nasehat pernikahan yang sifatnya umum. Semua nasehat itu sifatnya kondisional, harus disesuaikan dengan kepada siapa ia diberikan. Tidaklah tepat jika nasehat untuk menyegerakan pernikahan itu, diberikan kepada semua orang tanpa melihat konteks.
Saya menikah di usia 29 tahun yang tidaklah terlalu muda. Usia dimana seseorang dengan kematangan mental dan pengalaman hidupnya sudah merasa sangat siap untuk menikah. Dengan segala pencapaian dan keyakinan akan mampu untuk menghadapi apapun yang akan terjadi sebagai konsekuensi dari pernikahan, bahkan untuk kemungkinan terburuk sekalipun, toh, masih saja banyak pengalaman mengagetkan di hari-hari awal pernikahan. Menyatukan dua pikiran dalam sebuah rumah tangga tidaklah mudah. Banyak sekali hal-hal dan kebiasaan-kebiasaan baru yang harus dijalani yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Perkara-perkara sepele yang sebelumnya dianggap remeh berubah menjadi perkara yang serius. Tanpa kesungguhan niat dan pertolongan Allah, maka akan berat menghadapi perubahan yang sangat drastis ini. Mutlak untuk dimiliki kesadaran tertinggi bahwa segalanya tidak mungkin terjadi tanpa kehendak Allah. Pada akhirnya, konsekuensi dari keputusan yang sudah diambil itu harus kita jalani seumur hidup, dalam suka maupun duka.
Memilih calon pasangan dan memutuskan untuk menikah itu tidak mudah, namun menjaga pernikahan agar tetap harmonis itu jauh lebih sulit. Maka seharusnya, perayaan ulang tahun pernikahan itu lebih meriah dariada pesta pernikahan itu sendiri. Karena langgengnya sebuah pernikahan lebih layak untuk dirayakan, daripada sekedar keputusan mengakhiri masa lajang. Meskipun sudah melakukan usaha terbaik untuk memilih pasangan terbaik sekalipun, kamu tidak akan dapat menghindari problematika dalam rumah tangga. Permasalahan rumah tangga itu adalah sebuah keniscayaan.
Pernikahan akan membawa seseorang ke level selanjutnya. Jika anda sudah merasa menjadi orang yang sangat sabar, maka di dalam pernikahan, ada suatu saat dimana anda akan dibawa ke situasi di atas batas kesabaran. Pada saat itu, dengan sangat terpaksa, anda harus menaikkan kembali batas kesabaran anda. Jika tidak, maka semua yang telah anda bangun akan hancur berkeping-keping. Maka anda dihadapkan oleh pilihan, mengalahkan diri sendiri dan naik level, atau berkeras tidak mau mengalah dan memilih untuk menghancurkan segalanya. Menikah berarti rela untuk mengalah. Bukan mengalah pada pasangan, tetapi mengalah pada diri sendiri. Tidak banyak orang yang mau merasa terhina atau kalah, karenanya mereka akan melawan. Namun sesungguhnya, dalam situasi ini bukan kemenangan dari perdebatan yang dicari. Karena kemenangan berdebat bisa jadi awal dari sebuah petaka besar.
Seandainya pernikahan itu adalah keputusan yang buruk dalam hidup anda, maka percayalah, perpisahan adalah sebuah keputusan yang lebih buruk. Karena akibat yang ditimbulkan tidak hanya menimpa diri sendiri, tetapi juga banyak orang di sekeliling anda. Bisa saja anda memulihkan diri dengan cepat, namun anda tidak akan dapat memperbaiki hancurnya masa kecil dari anak anda, hancurnya perasaan orang tua dan orang tua istri anda, serta hancurna kehidupan pasangan anda. Apapun yang terjadi, jangan pernah terpikir untuk berpisah. Di tengah pertengkaran sehebat apapun, jangan pernah terbersit pikiran untuk berpisah.
Sebagai penutup, terlepas dari uraian di atas, orang yang menikah lalu gagal, itu masih lebih baik daripada orang yang tidak pernah menikah karena takut gagal. Setidaknya, orang yang pernah menikah sudah menunjukkan bahwa dirinya memiliki keberanian untuk membuat sebuah keputusan besar, dengan segala resikonya.

No comments:

Post a Comment